Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi bahari yang melimpah seiring dengan mayoritas masyarakat yang bekerja di sektor kelautan. Perlu diketahui bahwa 80% hasil tangkap ikan di dunia bergantung pada hutan mangrove, baik secara langsung maupun tidak. Hal ini dikarenakan vegetasi di sekitar akar mangrove memiliki peran penting dalam menyaring polutan dan kotoran, sehingga tercipta air bersih yang layak sebagai tempat tinggal biota laut.
Sebagai salah satu sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, eksistensi hutan mangrove agaknya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hingar-bingar ibukota dan pembangunan yang begitu masif tampaknya membuat masyarakat Indonesia lupa akan pentingnya melestarikan hutan mangrove sebagai kekayaan alam yang mengandung banyak manfaat.
Kerusakan Hutan Mangrove dari Tahun ke Tahun
Luas dari lahan mangrove di Indonesia bagaikan roller-coster yang naik-turun seiring dengan pergantian pemerintahan. Data dari Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RPLS) yang diambil melalui Citra Satelit Landsat dengan metode interpretasi manual pada tahun 2007, mencatat ada 7.758.410 ha lahan mangrove di seluruh Indonesia. Dua tahun berselang, tepatnya di tahun 2009, terdapat penurunan signifikan dari luas lahan mangrove yang dicatat oleh Badan Informasi Geospasial dengan menggunakan citra satelit dan metode yang sama, yakni menjadi 3.244.018 ha lahan mangrove di Indonesia.
Angka ini terus mengalami penurunan signifikan dan kenaikan yang tak jauh, hingga tahun 2017 berdasarkan Satu Peta Mangrove Indonesia yang menggunakan metode Citra Satelit Landsat dari Badan Informasi Geospasial dengan metode interpretasi manual, merilis luas lahan mangrove di seluruh Indonesia menjadi 3.361.216. Di samping itu, National Geographic Indonesia pada tahun 2019 menyebutkan bahwa terdapat 50% wilayah hutan mangrove yang musnah. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa 80% hutan mangrove di Pulau Jawa sudah mengalami kerusakan dan di Jakarta hanya tersisa 99 hektare kawasan hutan mangrove yang masik menunjukkan ‘kehidupan’, dari 300 hektare kawasan yang tersedia. Tak hanya itu, Indonesia juga pernah dikenal sebagai negara dengan lahan mangrove terbesar di dunia, yakni seluas 3,5 juta hektare atau mewakili 20% dari total lahan mangrove di dunia. Sayangnya, kini terus mengalami degradasi lahan.
Data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021, menyebutkan bahwa total luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3.364.076 Hektare. Dari total tersebut, terdapat 93% hutan mangrove lebat, 5% utan mangrove sedang, dan 2% hutan mangrove jarang. Sebaran hutan mangrove sendiri jatuh ke Provinsi Papua dengan total luas hutan mangrove lebat lebih dari 1 juta hektare. Tampak ada penurunan yang sangat signifikan apabila dibandingkan dengan lebih dari satu dekade belakangan.
Dampak Kerusakan Hutan Mangrove dan Perubahan Iklim
Sementara itu, hutan mangrove juga memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Pertama, lahan mangrove dapat membantu mengurangi abrasi yang seringkali terjadi di wilayah pesisir akibat pembangunan tanpa pertimbangan konservasi berkelanjutan. Apabila abrasi terjadi bertepatan dengan pasang atau kenaikan permukaan laut, maka tak ayal mata pencaharian nelayan sekaligus keselamatan penduduk sekitar pesisir akan terancam.
Kedua, hutan mangrove juga memiliki manfaat dalam memerangi perubahan iklim yang kian kritis. Mangrove dan tanaman laut seperti lamun dianggap mampu menyelamatkan bumi dari krisis iklim. Kedua tanaman ini berperan sebagai penyumbang cadangan karbon biru yang mampu menyerap karbon dioksida sebagai salah satu gas emisi rumah kaca.
Dengan demikian, ‘beban’ hutan tropis sebagai paru-paru dunia yang berfungsi untuk mengendalikan perubahan iklim dapat terbantu dengan keberadaan lahan mangrove di wilayah pesisir. Sebaliknya, apabila hutan mangrove terus mengalami degradasi atau perusakan akibat pembangunan dan ulah manusia, maka kapasitas penyerapan karbon akan bergantung sepenuhnya pada hutan tropis yang kini juga mengalami deforestasi yang masif. National Geographic mencatat bahwa kehilangan ekosistem mangrove dapat menghasilkan 0,15-1,02 miliar ton karbon yang dilepaskan setiap tahunnya.
References:
Aziz A. Mangrove Dan Perubahan Iklim [Internet]. Balai Riset dan Observasi Laut. 2019 [cited 2022May10]. Available from: http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/27-berita-penelitian/465-mangrove-dan-perubahan-iklim
Dewi BK. Kerusakan Hutan mangrove Indonesia tertinggi di Dunia, ini 3 aspek penting Rehabilitasi Halaman all [Internet]. KOMPAS.com. Kompas.com; 2021 [cited 2022 May 10]. Available from: https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/28/203000023/kerusakan-hutan-mangrove-indonesia-tertinggi-di-dunia-ini-3-aspek-penting?page=all
Hutan mangrove, Pelindung Yang Terancam Dan Terabaikan [Internet]. Mongabay.co.id. 2020 [cited 2022May10]. Available from: https://www.mongabay.co.id/2020/07/30/hutan-mangrove-pelindung-yang-terancam-dan-terabaikan/
Kementerian Kelautan Dan Perikanan [Internet]. KKP. [cited 2022May10]. Available from: https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4284-kondisi-mangrove-di-indonesia
Lebih Dari 50% Hutan mangrove di Indonesia Hilang, Apa Penyebabnya? [Internet]. National Geographic. [cited 2022May10]. Available from: https://nationalgeographic.grid.id/read/131739246/lebih-dari-50-hutan-mangrove-di-indonesia-hilang-apa-penyebabnya
Mangrove Dan Lamun Sebagai Benteng Alam untuk melawan Krisis Iklim - Semua Halaman [Internet]. National Geographic. [cited 2022May10]. Available from: https://nationalgeographic.grid.id/read/133160249/mangrove-dan-lamun-sebagai-benteng-alam-untuk-melawan-krisis-iklim?page=all
P VPSS. Kerusakan mangrove rapuhkan Pertahanan Pesisir dari Perubahan Iklim [Internet]. Antara News. ANTARA; 2019 [cited 2022May10]. Available from: https://www.antaranews.com/berita/813736/kerusakan-mangrove-rapuhkan-pertahanan-pesisir-dari-perubahan-iklim
Rahadian A, Prasetyo LB, Setiawan Y, Wikantika K. A historical review of data and information of Indonesian mangroves area. Media Konservasi. 2019;24(2):163–78.
Comments